Suatu hari gue pernah bertemu dengan seorang wanita, wanita paruh baya, cantik, energik, baik hati, rajin ibadah, gemar menabung, namun “agak” sedikit sombong.
Sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya), Mawar adalah seorang singleparent yang sangat terobsesi dengan kesuksesan dan kebahagiaan kedua anak perempuan nya. Rela banting tulang, banting meja, kursi, lemari, tv, kulkas tetangga, dsb. Demi untuk kelangsungan hidup dan kesuksesan anak-anak nya semata.
Mawar yang “agak” sedikit sombong, karena tinggi obsesinya. Dia merasa kuat, dan mampu untuk menjalani hidupnya seorang diri. Walaupun pada kenyataan nya, rasa sombong nya itu hanyalah untuk menutupi betapa sangat rapuh hatinya.
Mawar pernah bercerita tentang kehidupan-nya, keluarga-nya, masa lalu, masa depan, dicampur aduk menjadi sebuah rasa bernama kisah, kisah yang dia kemas dan tutup rapat-rapat bagi para pendengarnya.
Dan cerita nya itu pun masih berlanjut, entah sampai kapan.
Ya, Dia lah mawar.. sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya), wanita yang selalu menutup hati bagi para penggemar-penggemar nya. Dan dia lah mawar, wanita yang selalu bingung ingin menjadi langit atau bumi bagi hujan-nya.