Ini bukan tentang nama seseorang, dan bukan pula tentang sosok seseorang.
Hiatus Sa’diyah gue ambli dari potongan kata, yaitu kata hiatus dan sa’diayah. yang mana (ini menurut enaknya gue aja ya). Hiatus yang kata google sih berarti break, atau jeda sejenak. Dan Sa’diyah yang berasal dari bahasa arab yang artinya adalah kebahagiaan. Jadi Hiatus Sa’diyah yang menurut gue adalah “Udah lama ga gitu[1], eh pas gitu[2] ga lama” (paansi).
Ngomongin gituan eh kebahagiaan, banyak hal sih yang buat gue merasa bahagia. Bahkan dari hal-hal kecil pun gue bisa bahagia.
Seperti dulu..
Gue pernah dibilang kekanak-kanakan oleh seorang bocah.
Gue pernah dibilang omdo oleh seorang yang tidak punya kepastian.
Gue pernah dibilang kodek oleh seorang yang mentuhankan uang.
Gue pernah dibilang lémés oleh manusia yang tidak bisa jaga omongan.
Gue pernah dibilang pendiam oleh seorang yang tidak tau.
Gue pernah dibilang terlalu baik oleh simerasa paling cantik.
Gue pernah dibilang medit oleh sipaling kaya.
Gue pernah dibilang keren oleh sipenjilat.
Gue pernah disangka playboy oleh cewek yang suka selingkuh.
Gue pernah disangka bodoh oleh si sok paling tau.
Gue pernah disangka nakal karena terlalu banyak diam.
Gue pernah dikatain bego karena sulit untuk dilupakan.
Gue pernah sangat disayang oleh similik orang lain.
Gue pernah ini dan itu oleh si ini dan si itu..
Dan itu membuat gue tertawa bahagia, merasakan qolilun min sa’adah (sedikit kebahagiaan), dari lucu nya masing-masing bidang kehidupan.
Warna-warni atau gue bilang nya sih bumbu hidup, itu sangatlah penting dalam menjalani hidup atau mencari kebahagiaan. Interaksi langsung (bukan via hape) dengan pelaku-pelaku kehidupan, mendengarkan, menyikapi, ribut, ngebacot, dibuat aneh dan bingung, dan banyak hal.
Namun dengan duduk bersandar, kosongkan nafsu, lepaskan ego, ngopi ditemani sebatang rokok lalu bengong. Tiba-tiba senyum dan “ahh.. bahagia ternyata sesimple itu”.
Bersyukur dengan apa yg ada, dengan apa yang bisa dilakukan itu 99% dari kebahagiaan. Sisa 1% nya adalah pengakuan dan penilaian. Makanya terkadang gue bingung dengan manusia-manusia sekarang, terkhusus manusia-manusia dilayar hape. yang sangat terlihat jelas, jangankan senyumnya bahkan letak kepala mengarah kemana pun pasti dibuat-buat.
Ya gue bingung aja..
Nikmatin hidup kok penuh dengan kepalsuan.
Nikmatin hidup kok butuh pengakuan.
Nikmatin hidup kok haus penilaian.
tapi gue bersyukur sih, karena dengan mereka begitu, gue menikmatinya[3]. Gue bahagia melihat mereka pura-pura bahagia. Ya walaupun gue yakin kalau gue tanya satu hal ke manusia-manusia tersebut, pasti mereka akan terdiam. diam, lalu diam..
Catatan Kaki
1. Bahagia.
2. Bahagia juga.
3. Menertawakan sih lebih kasar nya.